ESTETIKA SANGGIT

Mempertemukan Dua Kutub yang Berbeda pada Pengkaryaan Seni

Seni-seni yang berbasis dari tradisi semakin lama semakin menghilang dari percaturan kesenian, padahal seni-seni tersebut diperlukan sebagai upaya eksistensi citra Indonesia untuk tampil di panggung dunia. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa penguasaan teori-teori seni modern diperlukan agar karya-karya yang dihasilkan dapat mengikuti perkembangan zaman. Seni tradisi dengan sentuhan modern merupakan usaha dalam pencarian identitas budaya guna menyongsong era globalisasi. Pemikiran tersebut dapat diartikan sebagai karya seni dengan pendekatan konsep estetika atau lebih tepatnya dinamakan Estetika Sanggit. Karya seni sanggit terdiri atas revitalisasi sanggit, reinterpretasi sanggit, dan abstraksi/ekspresi simbolik sanggit. Pemikiran mengenai Estetika Sanggit merupakan buah pikiran dari Prof. Dr. Dharsono, M.Sn yang merupakan salah satu tokoh estetika di Indonesia.

PAMERAN RETROSPEKSI 70TH EYANG DHARSO BESERTA ANAK-ANAKNYA merupakan “Pameran Virtual Seni Rupa Internasional dalam rangka Ulang Tahun ke 70th Prof. Dr. Dharsono, M.Sn” dengan tema “ESTETIKA SANGGIT: Perjumpaan Tradisi dan Modern dalam Paradigma Kekaryaan Seni” Pada pameran virtual seni rupa internasional tersebut digelar lebih dari 50 karya yang terdiri dari karya-karya seniman Indonesia dan seniman internasional berasal dari Malaysia, Grenada, Korea, Maroko, dan Bangladesh. Kurator membagi menjadi 3 ruang pameran virtual yaitu karya-karya yang tradisi, tradisi dengan sentuhan modern, dan kontemporer. Karya-karya yang disajikan pada ruang virtual tersebut sangat menarik dan mempunyai kedalaman baik secara teknis maupun konseptual dan tetap mengacu pada tema pameran tersebut. Pameran virtual tersebut berusaha mempertemukan antara tradisi dan modern dalam bingkai pengkaryaan, sebagai intisari dari Estetika Sanggit.

null

Sigit Purnomo Adi, M.Sn.

( Kurator, Dosen UNS, & owner Makmoer Art Project )